JudiBola178.com - Stefan Effenberg, legenda sepakbola kontroversial asal Jerman ini merayakan hari ulang tahunnya yang ke-47 | SBOBetasia
Nama satu ini haram dilewatkan jika kita merunut deretan legenda sepakbola Jerman dari masa ke masa. Anda bisa kena damprat jika dirinya tahu Anda melupakannya. Dialah, Stefan Effenberg, jenderal lapangan tengah yang memiliki teknik tinggi, passing berkelas, tembakan geledek, dan sifat yang meledak-ledak. Legenda yang akrab disapa "Effe" ini kebetulan tengah merayakan hari ulang tahunnya yang ke-47 | SBOBetOnline
Jika saja Lothar Matthaus tak kembali ke Bayern Munich dari bulan madunya di FC Internazionale pada 1992, bisa dipastikan Effenberg-lah yang akan jadi ikon utama Bundesliga Jerman di periode 90-an. Ya, selain berprestasi, Effe memiliki sifat unik yang bisa membuat bulu kuduk lawan berdiri dan rekan-rekannya segan | Sbobet Asia
"Ketika para pemain Bayern mencari tempat bersembunyi kala latihan, itu artinya Effenberg sedang datang," begitu gambaran mantan pelatih FC Hollywood, Ottmar Hitzfeld, menggambarkan aura yang dimiliki Effenberg | dewa Poker
Selain karena sifatnya, pemain berambut pirang ini amat dikenang dengan kesuksesannya memimpin Bayern merajai sepakbola Jerman, menembus puncak Eropa, hingga ke titik tertinggi di dunia. Namun prestasinya di level klub berbalik 180 derajat ketika berbicara kiprahnya di timnas Jerman.
Mari kita mulai dahulu kisah Effenberg dari awal kariernya. Lahir di Hamburger, seperti kebanyakan anak lokal lainnya Effe memulai karier sepakbolanya dengan bergabung di klub lokal, di Bramfelder SV dan Victoria Hamburg. Bersinar di level muda, Borussia Monchengladbach merekrutnya kala menginjak usia 19 tahun, pada musim panas 1987.
Tempat reguler di starting XI Gladbach langsung diraih Effe pada musim keduanya. Sebagai gelandang serang, dirinya terus berkembang dan menarik minat klub-klub besar Eropa. Puncaknya terjadi pada 1990, saat raksasa Bundesliga, Bayern, merekrutnya lewat banderol yang cukup tinggi kala itu €2 juta.
Sayang, meski sukses menembus tim utama dan tajam di depan gawang, Effenberg gagal mengantarkan Die Roten meraih trofi apapun. Ia pun ditendang ke klub elit Serie A Italia, Fiorentina, seiring keputusan manajemen memulangkan Lothar Matthaus dari Inter pada 1992.
Bukannya bangkit, Effe malah semakin terpuruk dalam petualangannya di Negeri Pizza. Pada musim debutnya ia gagal menyelamatkan Fiorentina dari degradasi. Di Serie B, meski berhasil mengantarkan La Viola promosi, pemain berjuluk Si Singa itu tak lagi diinginkan dan dilepas seharga €750 ribu ke klub awal kariernya, Gladbach.
Selama empat musim membela Gladbach di periode keduanya, Effe berhasil bangkit dengan menorehkan 23 gol dari 118 laga. Secara ajaib Bayern pun memberi kesempatan kedua baginya pada 1998, dengan membelinya kembali seharga €4,25 juta. Pada usia yang sudah menginjak 30 tahun, justru di momen inilah Effe mampu memenangkan segalanya.
Mulai dari gelar Bundesliga Jerman tiga musim beruntun, DFB-Pokal, Piala Super Jerman, Liga Champions, hingga Piala Interkonental. Dua gelar yang disebut terakhir bahkan diraih Effe dengan ban kapten melingkar di lengan kirinya.
Effe kemudian meninggalkan The Bavarian pada 2003 dan bergabung dengan VFL Wolfsburg. Ia lantas meninggalkan Bundesliga untuk gantung sepatu di klub Qatar, Al Arabi. Kepergiannya dari Bundesliga sekaligus menegaskan sikap beringasnya karena memiliki catatan 109 kartu kuning, yang jadi rekor tertinggi sepanjang sejarah kompetisi.
0 comments:
Post a Comment